Review Novel Ferris Wheel At Night Karya Minato Kanae
Review Novel Ferris Wheel At Night Karya Minato Kanae
ujwarfirdaus.com – Novel Ferris Wheel At Night adalah novel ketiga yang saya baca dari Minato Kanae. Di dua novel yang pernah saya baca (Penance dan Confession), Minato Kanae tipikal penulis yang sangat cerdas dalam mengaduk-aduk perasaan pembaca. Pendalaman karakter yang detail. Hingga menghasilkan campuran berbagai perasaan setelah saya membaca karya-karyanya.
Sekarang, saya akan me-review novel Ferris Wheel At Night yang kebetulan saya baca di awal 2024. Keberadaan novel ini membuat saya merasa beruntung karena bacaaan ini sangat istimewa menurut saya.
Kira-kira, apa yang membuat Ferris Wheel At Night ini istimewa?
Plot Novel Ferris Wheel At Night
Novel ini bercerita tentang kepala keluarga di sebuah perumahan elite yang mati terbunuh. Kemudian, sang istri menyerahkan diri dan mengaku sebagai pembunuhnya.
Apa alasan sang istri melakukan itu? Apakah benar dia yang memang melakukannya? Kenapa pula bisa ada insiden menakutkan di keluarga ini? Padahal di mata tetangga, mereka terlihat damai dan harmonis.
Di sisi lain, mereka memiliki tiga anak. Bagaimana tanggapan publik terhadap anak-anak ini? Apakah mereka anak pembunuh atau anak korban?
Di novel ini, peran tetangga setelah kasus terjadi turut dikulik.
Yang Istimewa Dari Novel Ferris Wheel At Night
Ada beberapa hal yang membuat saya puas dengan novel Ferris Wheel At Night. Beberapa di antaranya tentang ...
Pertama, Plot yang Dibangun Perlahan
Novel karya Minato Kanae bukan tipe novel yang di awal-awal sudah dihadapkan dengan ketegangan dan kengerian. Mungkin bagi sebagian orang, hal ini jadi suatu alasan untuk tidak lanjut membaca. Begitupun bagi saya saat baca novel-novel sebelumnya. Saya pikir, novelnya nggak seru! Untungnya, saya sabar untuk mengikuti, hingga saya malah jatuh cinta dan bisa menamatkan tulisan-tulisan Minato Kanae dalam waktu singkat.
Nah, karena saya sudah tahu karakter tulisan Minato Kanae, di novel Ferris Wheel At Night, saya lebih sabar untuk mengikuti perkembangan cerita. Dari yang awalnya biasa saja, kemudian berubah jadi tercandu-candu. Bahkan, jarang sekali saya membaca novel dalam sekali duduk. Ferris Wheel At Night justru berhasil saya baca tak lebih dari 10 jam (dalam satu hari).
Penulis membangun cerita pelan-pelan. Dijelaskan secara detail. Digali satu per satu dengan rinci. Dari sinilah, saya justru bisa mengenal karakter secara lebih dalam. Hingga tercipta ikatan emosional antara saya dan para karakternya.
Kedua, Isu yang Diangkat
Novel ini ber-genre Thriller Psikologi. Penulis menggali tentang manusianya itu sendiri. Jika biasanya kebanyakan penulis mencari ‘pelaku pembunuhan’ maka novel ini lebih fokus kepada, ‘kenapa dia melakukan ini? Kenapa manusia-manusia ini bisa memutuskan melakukan pembunuhan?’ Yang tentu saja, hal ini juga berkaitan dengan isu yang diangkat. Tentang tekanan dalam keluarga, tentang status sosial, tentang yang terlihat tidak selalu sama dengan kenyataannya, tentang bagaimana tiap manusia punya masalahnya sendiri-sendiri, dan isu lainnya.
Hal ini membuat saya jadi bisa menyimpulkan bahwa manusia itu kompleks sekali. Mungkin yang terlihat baik tidak selalu baik. Yang terlihat buruk tidak selalu buruk. Yang terlihat rapi tidak selalu rapi. Yang terlihat semrawut tidak sesemrawut itu. So yeah, ini jadi karya istimewa.
Ketiga, Terjemahan
Mungkin ini bukan bagian dari plot cerita, tapi akan tetap saya bahas. Jujur, di awal-awal tuh berasa aneh karena gaya terjemahan di buku ini agak berbeda dengan gaya terjemahan lain. Biasanya, buku-buku terjemahan itu cenderung ditulis dengan bahasa baku. Saya melihat, penerjemah buku ini berusaha membuat buku sesantai mungkin. Sehingga terjemahan ini terlihat seperti buku lokal dengan memasukkan bahasa Indonesia yang lebih kekinian. Seperti pemakaian ‘nggak, sih, lho, banget, kok’, dan lain-lain. Setelah mengikuti ceritanya malah jadi asik dengan bahasa semacam itu. Meskipun tentu saja, tidak semuanya bisa ditulis seperti buku-buku lokal Indonesia. Seperti penggunaan ‘kau’ yang tetap dipakai di sini. Yang tentu, di buku pop Indonesia, ‘kau’ itu jarang sekali ditemukan. Pasti pakai kamu atau lo, elo, lu.
Apa Kaitan Isi Cerita dengan Bianglala?
Sejauh membahas buku ini, tidak ada satu paragraf pun saya membahas bianglala (Ferris Wheel). Mungkin kamu bertanya-tanya, apa hubungan antara judul dan isi ceritanya? Yang saya lihat, bianglala tuh lebih kepada perumpamaan atau makna filosofis. Jadi untuk bisa paham kaitan isi cerita dengan judul cerita, ya kamu harus baca dulu novelnya. Kamu bisa menyimpulkan sendiri tentang bianglala setelah membaca keseluruhan. Dan menurut saya, sudut pandang saya dan kamu pasti akan berbeda tentang bianglala.
So, itu saja review novel Ferris Wheel At Night Karya Minato Kanae. Sejauh saya baca, saya sangat menikmati novel ini. Tidak ada hal yang ‘tidak saya suka’ atau saya anggap ‘kekurangan’. Jadi tentu saja kamu tidak akan menemukan kekurangan yang tertulis di review ini. Untuk personal rating yaitu 4/5 ya guys.
Anyway, ada yang sudah baca novel ini? Boleh sharing juga kalau kamu sudah baca.
Posting Komentar untuk "Review Novel Ferris Wheel At Night Karya Minato Kanae"